4 Kunci Menciptakan Suasana Belajar yang Bermakna

JSIT-JATIM.COM – Menciptakan suasana belajar menjadi kunci utama dalam menyukseskan misi pendidikan, baik suasana belajar di sekolah maupun di rumah. Bahkan suasana belajar ini akan sangat besar pengaruhnya terhadap capaian hasil belajar siswa.

Sebagaimana kalau kita kembali merujuk pada definisi pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Oleh kerana itu, para pendidik seyogianya punya tanggung jawab untuk menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa bisa terhubung dengan semua aktivitas kelas dengan usahanya siswa sendiri. Terhubung di sini maksudnya siswa dapat mengikuti semua rangkaian kegiatan pembelajaran secara utuh, baik secara mental, fisik, dan emosinya. Titik tekannya adalah siswa melakukan sesuatu, bukan hanya menerima secara pasif dari gurunya.

Kita sebagai para pendidik dapat menstimulus agar setiap siswa bisa aktif dengan beragam aktivitas, seperti membaca, menulis, diskusi, dan lain-lain.

Tantangan yang sering kali dirasakan oleh para guru ketika sudah berhasil menjadikan siswanya aktif adalah pengaruhnya terhadap ketuntasan hasil belajar mereka. Bisa jadi keaktifan siswa tidak selalu berbanding linier dengan hasil belajarnya. Mereka aktif mengikuti semua rangkaian kegiatan yang didesain oleh gurunya, tetapi kurang mampu memahami materi dengan baik. Indikatornya adalah ketika dilakukan penilaian, ternyata masih banyak siswa yang tidak tuntas.

Persoalan ini yang akan kita coba uraikan masalahnya dan kita berikan solusinya. Targetnya bagaimana menjadikan siswa lebih aktif mengikuti rangkaian proses pembelajaran, pada saat yang sama mereka juga mampu memahami materi yang dipelajari dengan baik.

Selain itu, proses belajar yang didesain oleh gurunya mampu memberikan pengalaman bagi siswa untuk menjadi individu pembelajar yang baik. Para siswa juga diharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapatkan dalam kehidupannya sehari-hari. Semua tujuan baik di atas insyaAllah dapat diwujudkan kalau kita mengetahui kunci-kuncinya. Pada artikel kali ini, kami akan menampilkan 4 kata kunci untuk bisa mengupayakan suasana belajar yang aktif dan bermakna bagi siswa. 

Kita mengetahui bahwa pada hakikatnya setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri. Allah SWT menciptakan mereka dengan kondisi yang pasti beragam, baik dari sisi fisiknya, sifatnya, kecenderungan, dan lainnya.

Keunikan ini kalau dihubungkan dengan proses belajar bisa difahami dari modalitas dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang lebih cenderung ke visual, auditori, dan juga kinestetik.

Minat siswa terhadap materi pelajaran juga beragam, ada yang lebih suka dengan hitung-hitungan tapi kurang minat dengan seni dan olahraga, dan begitu pula sebaliknya. Faktor minat ini yang pada akhirnya berpengaruh terhadap capaian hasil belajar mereka.

Begitu pula kondisi psikologis siswa yang bisa jadi berubah-ubah setiap harinya. Keunikan siswa ini yang harusnya diakomodir oleh guru dengan cara memberikan perlakuan atau kegiatan yang sesuai kondisi mereka.

Ragam aktifitas yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran merupakan bagian dari cara kongkret untuk mengakomodir keunikan siswa ini. Guru juga terus berusaha untuk menciptakan peluang bagi siswanya agar semakin melejit prestasinya. Ada siswa yang terlambat di satu pelajaran, tetap punya peluang besar untuk meraih prestasi di pelajaran lainnya. Upaya guru untuk menyiapkan latihan soal yang sesuai dengan kemampuan siswanya, memberikan apresiasi terhadap siswanya yang sudah berusaha menjawab, melakukan pendekatan personal walau lewat ruang zoom tetap harus dilakukan dan ini bagian dari penerapan individualisasi.

Kunci yang kedua adalah Interaksi. 

Suasana belajar akan berpotensi menjenuhkan ketika dilakukan satu arah. Misalnya guru lebih banyak ceramah di hadapan siswa, sehingga materi itu hanya satu arah dari guru ke siswa. Jika kondisi belajarnya demikian, maka akan membuat siswa kurang nyaman dalam mengikuti pembelajaran.

Mereka kurang mendapatkan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan. Apalagi jika cara menjelaskan gurunya kurang bisa difahami, akan membuat siswa semakin bosan dan berdampak pada rendahnya minat belajarnya.

Kita meyakini bahwa sumber belajar itu bukan hanya terpusat dari gurunya. Siswa bisa belajar dari teman-temannya, bisa juga dari sumber belajar lainnya seperti buku, lingkungan sekitar, dan media belajar lainnya.

Menguatkan interaksi siswa dengan gurunya yang dibuat dua arah, interaksi siswa dengan siswa lainnya, interaksi siswa dengan materi pelajaran akan membuat hasil belajar semakin optimal. Pola interaksi yang multi arah seperti ini selain membuat suasana jadi lebih hidup, peluang untuk semua siswa mampu meraih kesuksesan bersama juga semakin besar.

Aktifitas belajar yang multi arah juga memberikan pengalaman tersendiri bagi siswa untuk menjadi pembelajar yang baik. Ada kalanya siswa kita akan lebih memahami materi pelajaran ketika mendapatkan penjelasan dari temannya, dibandingkan penjelasan dari gurunya. Beragam aktifitas yang bisa diupayakan guru untuk membuat suasana belajar jadi multi arah dan tetap bisa dilakukan di ruang virtual seperti diskusi kelompok, tanya jawab, bermain peran, demonstrasi, saling memberikan tanggapan, dan lain-lain.

Kunci yang ketiga adalah Observasi.

Tugas guru bukan hanya menyampaikan materi kepada siswa atau menghabiskan bab yang ada di buku sesuai promes yang sudah dibuat. Usaha untuk memastikan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang pelajari juga menjadi hal penting yang harus diupayakan oleh setiap guru.

Apalagi jika guru mengupayakan beragam aktifitas dengan menggunakan berbagai strategi dan model pembelajaran, maka proses untuk memastikan setiap siswa bisa memahami materi dengan baik menjadi kebutuhan yang harus diprioritaskan.

Jangan sampai apa yang kita kuatirkan di awal tadi menjadi kenyataan, yakni siswa aktif dalam pembelajaran, ternyata tidak bisa memahami materi dengan baik. Cara yang bisa dilakukan oleh guru dalam proses observasi ini adalah berusaha mengamati capaian siswa selama mengikuti rangkaian kegiatan di kelas. Hasil pengamatan akan semakin valid dan objektif ketika guru menyiapkan rubrik untuk menyimpulkan datanya.

Proses ini juga bisa dijadikan sebagai asesmen dalam proses pembelajaran. Asesmen seperti ini sering kita sebut dengan istilah penilaian formatif. Ketika guru mengetahui kondisi capaian siswanya, maka data itu bisa dijadikan sebagai bahan masukan atau evaluasi bagi sang guru tentang cara pengajarannya.

Guru juga bisa memanfaatkan hasil observasinya itu untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, karena beliau akhirnya mengetahui aspek apa saja yang perlu diperbaiki lagi. Keterampilan guru dalam mengelola ruang kelas virtual semacam zoom sangat diperlukan agar memudahkan beliau dalam melakukan observasi ini. Pemanfaatan menu rekaman (record) juga akan sangat membantu aktifitas ini.

Kunci yang keempat adalah Refleksi.

Parameter kesuksesan hasil belajar siswa bukan hanya diukur dari berapa nilai yang didapatkan oleh siswanya. Tapi hal yang lebih penting dan tentunya lebih bermanfaat adalah apa yang bisa mereka perbuat dalam kehidupannya setelah mereka selesai belajar. Artinya hasil belajar siswa di kelas diharapkan memberikan dampak terhadap perubahan sikap dan perilaku mereka dalam kehidupannya.

Itulah gambaran dari proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Maka di setiap akhir pembelajaran, hendaknya setiap guru mengupayakan ada tahapan untuk mengajak siswa mengambil hikmah dari aktivitas yang sudah dilakukan. Kemudian mereka diajak untuk merencanakan tindak lanjutnya, berupa rencana aktifitas yang bisa dilakukan dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa bisa menuliskan di buku pribadinya atau menuliskan di layar zoom yang sudah disiapkan oleh gurunya. Diusahakan rencana aktifitas tersebut adalah berdasarkan usulan siswa sendiri, bukan ditetapkan oleh gurunya.

Dengan demikian, siswa akan lebih bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dituliskannya tersebut. Tahap refleksi ini sebagai jembatan antara pengalaman belajar siswa di bangku sekolah dengan perubahan sikap dan perilaku yang akan mereka upayakan di lingkungan tempat tinggalnya. Ketika Pemerintah sedang berusaha menguatkan pendidikan karakter, maka tahap refleksi ini menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan misi baik tersebut.

Editor Anjaya Wibawana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *