Corona dan Peran Masyarakat Pendidikan

Sebagai lokasi kerumunan massa yang paling intensif, pemerintah daerah menjadikan penutupan sekolah sebagai langkah pertama dalam pencegahan dan penanganan wabah corona virus desease 2019 (Covid-19). Penutupan yang di lanjutkan dengan sosialisasi program pembelajaran jarak jauh sontak memberikan kekisruhan tersendiri di kalangan praktisi pendidikan dan orang tua. Karena sejatinya, pembelajaran jarak jauh menuntut peran lebih besar bagi orang tua dalam pendampingan belajar putra putri mereka.

Tidak sedikit orang tua yang menyalahartikan bahwa pembelajaran jarak jauh tidak ada bedanya dengan liburan biasa, sehingga masih banyak orang tua yang mengajak liburan dan membiarkan anak anak mereka bermain dan berkumpul bersama teman teman nya, reaksi awal seperti ini tentu sangat miris dan mengancam kegagalan program social distancing yang di tetapkan oleh pemerintah

Kasus lain, hari kedua pelaksanaan pembelajaran jarak jauh aduan langsung bermunculan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Aduan dari orang tua ini meminta sekolah untuk menyesuaikan beban tugas belajar di rumah karena anak anak banyak yang stress. Berdasar laporan dari guru guru dilapangan, faktor penyebab anak anak stress saat melakukan pembelajaran jarak jauh tersebut, diantaranya :

1. Guru yang kurang proporsional dalam memberikan tugas tanpa mempertimbangkan kesiapan psikis, lingkungan dari masing masing keluarga siswa.

2. Orang tua yang kaget dengan situasi dan kebiasaan baru dari anak anak mereka menggantikan peran guru dalam menjalankan aktivitas dan program sekolah di rumah, sehingga mereka tidak siap dan kewalahan mendampingi anak anak di rumah.

3. Perbedaan antara harapan dan realita dari anak-anak, awalnya mereka membayangkan libur sekolah layaknya liburan seperti biasa yang bebas bermain dan berkativitas bersama dengan teman teman, namun kali ini mereka harus tetap belajar mengerjakan agenda dan tugas sekolah di rumah tanpa kebersamaan dengan teman teman sekolah nya.

Guru Bisa Berperan lebih

Hari kelima pemberlakuan pembelajaran jarak jauh, guru, orang tua dan siswa sudah mulai bisa menyesuaikan ritme baru mereka. Guna membantu pemerintah mempercepat selesainya permasalahan wabah corona ini, masyarakat pendidikan, dalam hal ini guru dan kepala sekolah hendaknya aktif juga bergerak memberikan pemahaman kepada masyarakat, sehingga tugas tugas berat para tenaga kesehatan dapat di persingkat karena melambat bahkan wabah corona ini berakhir. Beberapa tindakan yang dapat diambil oleh guru dan kepala sekolah dalam membantu pencegahan meluasnya wabah corona ini diantaranya adalah :

1. Memastikan terlebih dahulu bahwa proses pembelajaran jarak jauh di masing masing sekolah tidak menimbulkan gejolak baru. Gejolak baru yang berpotensi muncul adalah pada kebosanan siswa yang berhari hari beraktivitas di dalam rumah dan kendala paket data internet bagi guru dan orang tua sebagai penunjang pembelajaran daring. Atas potensi kedua masalah tersebut maka guru dan kepala sekolah hendaknya bisa memberikan program pembelajaran yang lebih ramah, fleksibel dan bervariasi tanpa mengabaikan aspek ketercapaian kompetensi. Berbicara kompetensi, tentu jangan disamakan target kompetensi saat pertemuan tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh, target kompetensi harus lebih sedikit saat pembelajaran jarak jauh ini dilakukan. Dengan fleksibilitas target kompetensi ini maka beban guru dan siswa tentu akan berkurang. Pada potensi permasalahan kedua yaitu Kendala keterbatasan paket data internet oleh guru dan orang tua bisa diantisipasi dengan mengurangi aktivitas pembelajaran daring dan diganti dengan arahan arahan aktvitas secara tertulis dan berikan kepercayaan penuh kepada orang tua dalam proses pendampingannya.

2. Memberikan edukasi dan penyadaran secara intensif dan berulang-ulang kepada siswa dan orang tua, bahkan kepada masyarakat sekitar, akan pentingnya melakukan social distancing atau pembatasan aktivitas di luar rumah. Kenapa edukasi ini penting dilakukan oleh para guru dan kepala sekolah ? karena walau pemerintah dan media sudah berulangkali meminta dan menganjurkan untuk tidak keluar rumah kecuali penting dan mendesak, nyatanya dilapangan masih sering di temukan kerumunan massa di tempat tempat umum, bahkan di tempat penyewaan game online masih penuh dengan anak anak usia sekolah, sehingga di DKI Jakarta, pemprov DKI sampai menurunkan pasukan satpol PP untuk menertibkan mereka. Dimasyarakat, guru memiliki posisi tersendiri. Jika disampaikan secara berulang dan dengan penjelasan yang pas, anak anak dan orang tua dapat mengikuti perintah guru nya untuk tidak keluar rumah dan berinteraksi dengan orang banyak. Perintah guru untuk tidak keluar rumah dapat di selipkan dalam penyampaian agenda agenda harian siswa di rumah, guru dapat meminta laporan ke siswa tentang jejak lokasi aktivitas selama satu hari tersebut. Pelaporan jejak aktivitas ini juga dapat di arahkan ke orang tua, sehingga guru juga dapat mengetahui aktivitas orang tua siswa yang bersangkutan. Penekanan dan sanksi dapat diberikan jika siswa dan orang tua melakukan aktivitas di luar rumah tanpa kepentingan yang mendesak. Jika tiga juta guru se-Indonesia melakukan tindakan ini secara serempak maka social distancing tentu akan berjalan lebih efektif.

3. Menghindari diri sebagai agen penyebar hoax dan membantu menyadarkan masyarakat untuk tidak mudah menyebarkan informasi yang belum dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya. Guru dan kepala sekolah harus berperan sebagai pemutus mata rantai penyebaran hoax dengan tidak ikut menyebar dan aktif memperingati sang penyebar hoax. Gunakan hanya saluran saluran resmi dalam menghimpun dan memantau perkembangan wabah corona ini, serta bijak dalam bersosial media.

4. Aktif melakukan penggalangan dana sosial baik kepada siswa maupun masyarakat umum, dana penggalangan tentu di peruntukan bagi pengadaan alat pengaman diri para tenaga kesehatan yang saat ini berjuang dan bekerja dengan perlengkapan yang sangat terbatas. Serta bagi para pekerja harian yang ekonominya terpukul akibat wabah corona ini.

Posisi guru dan kepala sekolah yang punya tempat khusus di hati masyarakat adalah asset yang sangat berharga dan strategis yang harus di berdayakan dalam mempercepat penanganan wabah corona ini. Kini saatnya kita mengamalkan pancasila secara nyata. Perbanyak berdoa dan tawakkal kepada Allah SWT sebagai pengamalan sila pertama, berempati kepada korban dan petugas kesehatan sebagai amalan sila kedua, semua elemen harus bersatu padu hindari segmentasi politik dan agama sebagai amalan sila ketiga, berikan keterbukaan informasi secara jujur sebagai pengamalan sila keempat dan layani semua korban virus secara optimal tanpa pandang bulu sebagai wujud pengamalan sila ke lima.

Semoga kita semua di lindungi oleh Allah SWT dan bangsa Indonesia dapat segera terbebas dari wabah corona ini. Aamiin.

Arviantoni Sadri, S.Pd., M.Si

Pegiat Pendidikan dan Pengurus Pusat Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *